Presiden Amerika Serikat Donald Trump. /p>
JAKARTA – Dalam sebuah pernyataan yang menghebohkan, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menegaskan usulnya untuk mengatur ulang situasi di Gaza. Ternyata, Trump memiliki rencana untuk menciptakan yang disebut sebagai “Zona Kebebasan” di wilayah yang menjadi sorotan global ini.
Pernyataan ini dilontarkan Trump saat memberikan presentasi bisnis di Doha di hadapan para pejabat tinggi Qatar pada tanggal 15 Mei 2025. Dalam acara tersebut, ia mengulangi keinginannya agar AS mengambil alih kendali Gaza serta menghilangkan keberadaan Hamas di wilayah tersebut.
Trump menyampaikan, “Jika perlu, saya merasa bangga jika Amerika Serikat memiliki Gaza. Kita perlu menjadikannya zona kebebasan. Mari kita wujudkan halbaik, tempatkan orang-orang di rumah yang aman, dan lakukan pendekatan yang tegas terhadap Hamas,” ungkap Trump dalam wawancara seperti yang dilansir oleh beberapa media terkemuka.
Konsep Trump ini mencerminkan pandangannya yang radikal terhadap konflik yang telah berlangsung lama di wilayah tersebut. Dia berpendapat bahwa dengan melibatkan AS secara langsung, situasi di Gaza dapat dipulihkan dan diperbaiki. “Saya memiliki ide untuk Gaza yang sangat bagus: menjadikannya zona kebebasan, biarkan Amerika terlibat, dan wujudkan tempat yang aman bagi semua,” tambahnya.
Pernyataan tersebut disampaikan di saat Israel kembali melanjutkan serangan udaranya, yang menyebabkan lebih dari 70 warga Palestina kehilangan nyawa. Menariknya, situasi ini bertepatan dengan kunjungan delegasi Israel ke Doha untuk membahas gencatan senjata dengan mediator dari Qatar, Mesir, dan pihak berwenang Amerika Serikat.
Usulan Trump tentu saja memicu berbagai respons, terutama dari negara-negara di kawasan Arab. Sudah ada penolakan yang jelas terhadap gagasan ini, karena banyak negara Arab menganggap bahwa intervensi semacam itu justru akan memperburuk keadaan di kawasan tersebut. Kondisi ini sudah menjadi isu sensitif yang dilatarbelakangi sejarah panjang dan kompleksitas konflik antara Israel dan Palestina.
Selama kunjungannya ke Timur Tengah, Trump telah mengunjungi beberapa negara penting, termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab, untuk menjajaki dukungan terhadap rencana ambisiusnya. Namun, tantangan yang dihadapi sangat besar, dan sikap negara-negara Arab bisa menjadi penghalang signifikan bagi rencana tersebut.
Apapun yang terjadi, rencana ini menunjukkan betapa besarnya ketertarikan Trump untuk memberikan penanganan baru terhadap konflik yang sudah lama berlangsung. Dengan pendekatan yang berfokus pada militer dan politik luar negeri, ia mencoba menciptakan narasi baru di tengah ketegangan yang terus meningkat di kawasan tersebut.
Diskusi mengenai Gaza dan prospek “Zona Kebebasan” ini akan menjadi perhatian penting ke depan, terutama melihat dampaknya terhadap stabilitas regional. Bagaimana respons dari dunia internasional dan perubahan pola pikir di kawasan Timur Tengah akan menjadi hal yang menarik untuk dicermati.