www.kabarsuara.id – Film “Believe” telah mencetak prestasi yang membanggakan di dunia perfilman internasional. Karya ini diproduksi oleh sutradara Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana serta berhasil meraih penghargaan Best Director di Festival Film Internasional Montreal 2025. Ini merupakan pencapaian signifikan yang menunjukkan bahwa karya-karya sineas Indonesia mampu bersaing di tingkat global.
Penghargaan ini menjadi simbol harapan bagi industri film Tanah Air. Bahwa kualitas storytelling yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan serta perjuangan bisa diterima dan dihargai di kancah internasional.
Kristomei, seorang pengamat film, berpendapat bahwa kemenangan ini bukan sekadar milik film “Believe”. Lebih dari itu, pencapaian ini adalah motivasi bagi para sineas Indonesia untuk terus berkarya dan menghasilkan film-film berkualitas yang dapat menginspirasi banyak orang.
Kisah Inspiratif di Balik Film “Believe”
Film ini diadaptasi dari buku biografi Jenderal TNI Agus Subiyanto yang berjudul “Believe: Faith, Dream, and Courage”. Mengisahkan tentang semangat juang, pengorbanan, dan cinta keluarga dalam nuansa aksi dan drama militer.
Cerita ini berfokus pada Agus, yang diperankan oleh Ajil Ditto, merupakan seorang anak dari prajurit yang sering berjuang di medan perang. Ia tumbuh tanpa banyak kehadiran ayahnya, Sersan Kepala Dedi, yang perannya sangat sentral dalam hidup Agus.
Sensasi kerinduan dan rasa penasaran Agus terhadap sosok ayahnya menjadi katalisator untuk memahami lebih dalam makna perjuangan. Ini menambahkan bobot emosional yang kuat dalam narasi film ini, menjadikannya lebih dari sekadar kisah perang.
Penyutradaraan yang Menggugah Hati dan Pikiran
Penyutradaraan dalam film ini dinilai otentik dan menyentuh, dengan fokus pada storytelling yang kuat. Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana berhasil membawa penonton pada emosi yang mendalam, menciptakan koneksi yang kuat dengan karakter. Melalui setiap adegan, penonton dibawa untuk merasakan perjalanan emosional Agus.
Film ini tidak hanya menampilkan aksi perang, tetapi juga menggambarkan perjuangan batin yang dialami oleh setiap karakter. Narasi yang disampaikan dengan bijak, memberikan perspektif baru tentang apa artinya menjadi seorang prajurit.
Keberanian dan cinta yang ditunjukkan oleh Agus dalam membangun hubungan dengan ayahnya menambah kedalaman cerita. Ini adalah elemen yang sering kali terabaikan dalam film bertema perang, tetapi dalam “Believe”, aspek tersebut diangkat dengan cermat.
Relevansi Tematik dengan Realita Sosial
Film “Believe” juga menyentuh tema relevan yang berhubungan dengan konflik yang dihadapi bangsa ini. Ia menggambarkan bagaimana perang tidak hanya melibatkan pertarungan fisik, tetapi juga membawa dampak emosional yang mendalam bagi keluarga. Seperti dalam kehidupan nyata, pengorbanan yang dilakukan oleh prajurit dapat meninggalkan luka yang tak terlihat.
Konflik dalam film ini mencerminkan perjuangan yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Dengan latar belakang yang kuat, film ini mengajak penonton untuk merenungkan makna perjuangan, keberanian, dan pengorbanan.
Dalam konteks ini, “Believe” seakan menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda, mendorong mereka untuk mengenal dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan cinta terhadap tanah air. Ini adalah pesan yang sangat diperlukan di era modern saat ini.
Kesimpulan dan Harapan untuk Industri Film Indonesia
Kemenangan film “Believe” di Festival Film Internasional Montreal 2025 adalah bukti nyata bahwa industri film Indonesia kini tengah berkembang. Penghargaan ini diharapkan menjadi pemicu bagi para sineas lainnya untuk lebih berani dalam bereksperimen dan menciptakan karya seni yang berkualitas.
Secara keseluruhan, film ini tidak hanya mengisahkan tentang perjuangan militer tetapi juga mengajak kita untuk menggali lebih dalam tentang makna kehidupan. Semoga keberhasilan “Believe” bisa menjadi daya dorong bagi karya-karya film lainnya untuk mendapatkan pengakuan internasional.
“Believe” bukan sekadar film, melainkan sebuah perjalanan emosional yang menyentuh berbagai aspek kemanusiaan. Dalam dunia perfilman, kisah seperti ini sangat penting untuk menceritakan realitas yang seringkali terabaikan.