Rencana ambisius NASA untuk membangun teleskop radio raksasa di sisi gelap Bulan telah menarik perhatian banyak orang. Teleskop ini tidak hanya akan mendalami misteri alam semesta, tetapi juga membuka bab baru dalam penelitian astronomi. Dengan biaya yang diperkirakan mencapai Rp32,5 triliun, proyek ini diperkirakan akan dimulai pada tahun 2030 jika semua izin diberikan.
Sejak saat proposalnya pertama kali diperkenalkan, banyak pertanyaan muncul mengenai dampak dan manfaat dari teleskop ini. Bagaimana teknologi ini akan bekerja di luar angkasa, dan apa saja yang dapat kita pelajari? Proyek yang ambisius ini bertujuan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh astronomi radio saat ini, mengingat meningkatnya jumlah satelit yang beroperasi di orbit Bumi.
1. Ruang Lingkup Proyek Teleskop Radio Raksasa di Bulan
Teleskop radio raksasa yang diusulkan, dikenal sebagai Lunar Crater Radio Telescope (LCRT), akan menjadi yang pertama dari jenisnya. Dengan desain yang unik, teleskop ini akan dibangun sepenuhnya oleh robot, sehingga meminimalisir risiko bagi astronot. Proyek ini dirancang untuk mengatasi masalah gangguan dari radiasi yang dihasilkan oleh satelit yang terus bertambah.
Selain itu, teleskop ini akan memiliki jaring kawat raksasa yang digantung dengan kabel di dalam kawah bulan, menciptakan lingkungan yang ideal untuk pengamatan radio. Seluruh proyek bertujuan untuk melindungi teleskop dari sinyal satelit yang dapat mengganggu pengamatan, serta dari radiasi matahari yang kuat di Bumi.
2. Perkembangan dan Tantangan yang Dihadapi Proyek Ini
Sejak pengajuan awal pada tahun 2020, proyek LCRT telah melalui beberapa tahap pendanaan. Tim di Laboratorium Propulsi Jet NASA sedang dalam proses mempersiapkan pengajuan dana lebih lanjut. Mereka telah mendapatkan dana dari Institut Konsep Lanjutan (NIAC) NASA, menunjukkan dukungan untuk proyek berpotensi besar ini.
Dari percobaan awal yang telah dilakukan, tim peneliti berharap dapat menciptakan prototipe berskala 200:1 yang akan diuji secara langsung di observatorium radio. Jika semua berjalan lancar dan dukungan dana diberikan, kemungkinan besar teleskop ini akan menjadi misi yang lengkap dalam tahun 2030-an. Proyek ini tidak hanya akan memberikan wawasan baru tentang alam semesta, tetapi juga menunjukkan kemajuan teknologi dalam eksplorasi luar angkasa.