Ilustrasi.
JAKARTA – Pesawat ruang angkasa kosmos Kosmos 482 yang telah terjebak dalam orbit selama lebih dari 50 tahun, akhirnya kembali jatuh ke Bumi. Kejadian ini terjadi pada 10 Mei, ketika pesawat tersebut memasuki atmosfer Bumi dan dilaporkan mendarat di atas Samudra Hindia, di dekat Jakarta, Indonesia. Keberhasilan pelacakan ini diumumkan oleh badan antariksa Rusia, yang menandai berakhirnya perjalanan panjang wahana tersebut.
Walaupun diperkirakan puing-puing yang jatuh tidak menimbulkan risiko signifikan, banyak organisasi pelacakan internasional mengidentifikasi kemungkinan lokasi dampak yang lebih jauh, mencakup area Asia Selatan hingga Pasifik timur. Ini menunjukkan bahwa pergerakan dan jatuhnya objek luar angkasa seringkali menjadi subjek perhatian serius di kalangan ilmuwan dan pengamat ruang angkasa.
Dalam laporan terpisah, astronom Gianluca Masi dari Proyek Teleskop Virtual berhasil menangkap gambar Kosmos 482 saat melintasi wilayah Roma, Italia. Gambar ini memperlihatkan jejak yang ditinggalkan oleh wahana saat melintas, menambah semarak catatan sejarah perjalanan ruang angkasa yang penuh misteri.
Wahana ini awalnya dirancang untuk mendarat di Venus pada tahun 1972. Namun, kegagalan pada fungsi peluncurannya membuatnya terjebak dalam orbit Bumi. Selama lebih dari lima dekade, Kosmos 482 melintasi langit Bumi dan menjadi salah satu objek luar angkasa yang terlama bertahan di orbit, sebelum akhirnya kembali ke atmosfer.
Penting untuk dicatat, wahana seberat 495 kilogram ini didesain untuk mampu bertahan dalam kondisi atmosfer yang ekstrem, seperti yang terdapat di Venus. Hal ini memberikan harapan bahwa saat memasuki atmosfer Bumi, wahana tersebut mungkin tetap utuh dan tidak hancur sebelum mendarat.
Marco Langbroek, seorang pelacak satelit asal Belanda, menjelaskan bahwa jika Kosmos 482 jatuh ke permukaan Bumi sebagai satu bagian, kecepatan tabrakan diperkirakan sekitar 150 mph atau 241 kph. Ini mengindikasikan bahwa dampaknya akan setara dengan energi yang dihasilkan oleh meteorit berukuran kecil atau sedang.
Kejadian jatuhnya Kosmos 482 ini tidak hanya menarik bagi para ilmuwan dan astronom, tetapi juga memunculkan perdebatan tentang masalah sampah luar angkasa yang semakin meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir, masalah ini telah menjadi perhatian serius mengingat banyaknya debris yang tersisa di orbit dan kemungkinan risiko yang ditimbulkan untuk misi luar angkasa di masa mendatang.
Kemunculan kembali Kosmos 482 menjadi pengingat tentang pentingnya pengelolaan objek-objek luar angkasa yang telah tidak terpakai dan menjadi sampah. Diskusi mengenai regulasi dan praktik pengelolaan orbit harus terus berlanjut agar kejadian serupa dapat dicegah di masa depan.
Dengan meningkatnya jumlah objek luar angkasa, baik yang aktif maupun tidak aktif, kolaborasi internasional dalam mengawasi dan mengatur ruang angkasa menjadi semakin vital. Hal ini diharapkan dapat melindungi keselamatan misi luar angkasa dan keberlangsungan kegiatan eksplorasi antariksa di masa depan.