www.kabarsuara.id – Menteri Kebudayaan baru saja meresmikan peluncuran karya terbaru yang berjudul Buku Kartu Pos Bergambar Fort de Kock, Padang dan Sekitarnya. Acara tersebut berlangsung di Aie Angek Cottage, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, dan menjadi momen bersejarah dalam upaya mengangkat warisan budaya melalui media pos.
Buku ini adalah seri kedua dari Kartu Pos Bergambar Hindia Belanda yang ditulis oleh Fadli Zon dan Mahpudi, setelah peluncuran buku pertama pada Maret 2025 lalu. Dengan karya ini, penulis ingin menggugah kembali ingatan masyarakat tentang pentingnya kartu pos sebagai alat komunikasi yang efektif di masa lalu.
Dalam sambutannya, Menteri Fadli Zon menekankan bahwa di era sebelum kemajuan teknologi komunikasi, kartu pos menjadi sarana penting dalam menjalin hubungan antarindividu. Dengan gaya penyampaian yang menarik, Fadli menjelaskan bagaimana kartu pos dapat mengirim pesan singkat dengan cara yang sangat personal.
Pentingnya Kartu Pos Sebagai Alat Komunikasi di Masa Lalu
Kartu pos memiliki peran vital pada zamannya, khususnya sebelum munculnya telepon dan media sosial. Ia berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi dan saling berbagi pengalaman ketika seseorang sedang berada jauh dari rumah.
Banyak orang yang menggunakan kartu pos untuk menyampaikan pesan kepada teman atau keluarga mereka, terutama ketika melakukan perjalanan. Kartu pos bergambar yang menarik menambah nilai estetika dan emosi dari pesan yang hendak disampaikan.
Menariknya, setiap kartu pos menggambarkan keindahan alam dan budaya setempat. Dengan menampilkan pemandangan yang menakjubkan, kartu pos ini juga berfungsi sebagai promosi untuk daerah-daerah yang terdampak, menarik perhatian orang lain untuk menjelajahi tempat tersebut.
Kandungan Buku Kartu Pos Bergambar Fort de Kock
Buku ini memuat total 205 kartu pos bergambar yang diperoleh dari masa Hindia Belanda, masing-masing dengan cerita dan ungkapan yang unik. Setiap gambar memiliki narasi yang mendalam dan merekam warisan budaya serta sejarah Sumatera Barat secara keseluruhan.
Fort de Kock, yang kini dikenal sebagai Bukittinggi, menjadi fokus utama dalam banyak kartu pos yang ditampilkan. Masyarakat dapat melihat transformasi wilayah ini dari masa lalu hingga kini melalui koleksi gambar menarik tersebut.
Pentingnya buku ini tidak hanya sebagai koleksi, tetapi juga sebagai bentuk dokumentasi yang berharga bagi generasi mendatang. Buku ini bertujuan untuk melestarikan ingatan dan identitas budaya yang mungkin akan terkikis oleh waktu.
Respon Komunitas dan Harapan untuk Karya Selanjutnya
Peluncuran buku ini mendapat sambutan positif dari masyarakat dan akademisi. Banyak yang mengapresiasi usaha untuk mengangkat kembali kartu pos sebagai bagian penting dari sejarah komunikasi. Acara ini menciptakan ruang diskusi baru tentang budaya dan sejarah yang sering terlupakan.
Harapan pun terdengar agar lebih banyak karya serupa muncul di masa depan. Tidak hanya berfokus pada dokumentasi hiburan, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menghargai warisan budaya yang ada.
Diharapkan pula agar generasi muda dapat terinspirasi oleh koleksi ini untuk menciptakan karya seni atau dokumentasi mereka sendiri. Melalui cara ini, dapat terbentuk kesadaran baru untuk memahami dan melestarikan nilai-nilai budaya.