Bus Persik Kediri dilempar batu saat keluar dari Stadion Kanjuruhan.
MALANG – Momen berbahaya terjadi saat tim Persik Kediri meninggalkan Stadion Kanjuruhan, Malang. Bus yang tengah membawa skuadnya mengalami insiden tak terduga; sekelompok orang melempar batu dengan tujuan yang tidak jelas. Akibat kejadian ini, kaca di sisi kiri depan bus pecah dengan ukuran yang cukup besar, mencapai sekitar 1,5 meter.
Mochammad Syahid Nur Ichsan, manajer tim, menceritakan detik-detik mencekam ketika bus hendak keluar dari stadion. Kejadian ini berlangsung usai tim meraih kemenangan 3-0 atas Arema FC. Saat itu, bus sedang berbelok keluar menuju jalan raya, ketika lemparan pertama terjadi, mengagetkan semua penumpang di dalamnya.
Kejadian berlangsung sekitar pukul 6 malam. “Pemain sudah selesai salat dan bersiap kembali ke hotel. Kami sangat menyesalkan adanya insiden ini,” ungkap Mochammad Syahid saat ditemui di Hotel Grand Miami, Kepanjen, Kabupaten Malang.
Bus yang membawa tim sebenarnya baru saja menempuh perjalanan singkat dari area stadion. Tanpa diduga, serangan berikutnya menyusul sepanjang rute perjalanan menuju hotel, bahkan sampai empat kali. Situasi semakin mencekam, anggota tim merasa panik dan berusaha berlindung dengan tas serta barang-barang yang ada di dalam bus.
Mochammad melanjutkan penjelasannya, mengatakan bahwa mereka tetap menjaga komunikasi dengan panitia pelaksana pertandingan, manajemen tim lawan, serta aparat keamanan. Mereka berupaya memastikan semua pihak dapat berkoordinasi dengan baik untuk memastikan kepulangan tim ke Kediri berjalan aman.

“Kami sedang bertemu dengan pihak panitia, manajemen Arema, dan aparat keamanan. Mereka sudah mengajukan permohonan maaf, dan tim kami tengah berkoordinasi untuk memastikan keamanan saat kembali ke Kediri,” ujarnya. Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya keamanan dalam setiap pertandingan, terutama yang melibatkan rivalitas yang tinggi antara tim-tim di liga.
Situasi ini seharusnya tidak terjadi di dunia sepak bola yang seharusnya penuh dengan sportivitas dan rasa saling menghormati antar tim. Aksi semacam ini jelas mencederai semangat olahraga yang harusnya dijunjung tinggi. Keselamatan pemain dan staf tim harus menjadi prioritas utama agar dapat menghindari insiden serupa di masa mendatang.
Tindakan tegas perlu diambil terhadap pelaku yang bertanggung jawab atas insiden ini. Semua pihak, termasuk penggemar, harus menjaga etika dan sportivitas, agar kejadian serupa tidak terulang di masa yang akan datang. Pertandingan seharusnya menjadi perayaan, bukan alasan bagi tindakan kekerasan yang merugikan banyak pihak.