www.kabarsuara.id – Alice Walton, seorang sosok yang menduduki posisi paling atas dalam daftar wanita terkaya di dunia pada tahun 2025, kembali menarik perhatian publik. Dengan kekayaan mencapai USD101 miliar, atau setara dengan Rp1.636,2 triliun, dia mengalahkan Francoise Bettencourt Meyers yang merupakan pewaris dari perusahaan kosmetik terkemuka asal Prancis.
Pencapaian ini menandai kembalinya Walton ke posisi puncak setelah sebelumnya menikmati status yang sama selama lima tahun berturut-turut. Pertumbuhan kekayaan Walton hingga USD28,7 miliar dalam setahun ini mencerminkan kekuatan Walmart sebagai salah satu raksasa ritel global.
Dalam peringkat terbaru, Bettencourt Meyers berada di urutan kedua dengan total kekayaan USD81,6 miliar atau sekitar Rp1.322 triliun. Penurunan nilai kekayaan Bettencourt Meyers, sebesar USD17,9 miliar, disebabkan oleh ketidakstabilan di pasar saham yang mempengaruhi perusahaan keluarganya.
Di sisi lain, peningkatan kekayaan Walton didorong oleh kenaikan harga saham Walmart yang meningkat 40%. Banyak konsumen yang beralih ke merek dengan harga lebih terjangkau akibat kondisi inflasi yang tinggi, menjadikan Walmart pilihan utama di antara retailer lainnya.
Alice Walton, yang saat ini berusia 75 tahun, merupakan satu dari hanya 15 individu di dunia yang memiliki kekayaan lebih dari USD100 miliar. Dia juga menjadi wanita kedua dalam sejarah yang mencapai status tersebut, mengikuti jejak Bettencourt Meyers yang mencapainya pada Juni 2024.
Dalam daftar orang terkaya di dunia, Walton menempati posisi ke-15, di bawah kedua saudaranya, Rob dan Jim Walton. Rob tercatat memiliki kekayaan lebih dari USD110 miliar, sedangkan Jim memiliki sekitar USD109 miliar, menunjukkan bahwa kekayaan keluarga Walton tetap mendominasi di pasar global.
Perjalanan Karier dan Kehidupan Awal Alice Walton
Alice Walton lahir dalam keluarga yang mendirikan Walmart, sebuah jaringan ritel yang kini mendunia. Dia adalah putri dari Sam Walton, pendiri Walmart, yang menanamkan nilai-nilai bisnis dan kerja keras dalam diri dirinya sejak kecil.
Walton menyelesaikan pendidikan di Trinity University, Texas, dengan fokus pada ekonomi. Setelah lulus, dia terjun ke dunia kerja sebagai pembeli pakaian anak di Walmart dan kemudian beralih menjadi pialang saham di E.F. Hutton.
Pada tahun 1980-an, Walton kembali ke Bentonville untuk mengelola investasi keluarga. Dia berperan penting dalam perkembangan Arvest Bank, sebuah bank yang dimiliki oleh keluarga Walton, sebelum memulai usaha baru di bidang jasa keuangan.
Dari kebutuhan untuk mencari investasi yang lebih beragam, Walton mendirikan Llama, sebuah perusahaan jasa keuangan dengan modal awal USD19,5 juta. Meskipun usaha ini berakhir pada tahun 1998, pengalaman tersebut semakin memperkaya wawasan bisnisnya.
Setelah menutup Llama, perhatian Walton beralih ke dunia seni. Dia mendirikan Crystal Bridges Museum of American Art di Bentonville, yang menjadi salah satu museum seni terkemuka di Amerika Serikat. Museum ini menyimpan koleksi luar biasa dari seniman-seniman terkenal, melambangkan kecintaannya terhadap seni dan budaya.
Kontribusi Terhadap Seni dan Budaya
Crystal Bridges Museum tidak hanya sekadar tempat untuk memamerkan karya seni, tetapi juga berfungsi sebagai pusat budaya. Dengan dukungan dana sekitar USD1,6 miliar dari trust atas nama ibu dan saudara lelakinya, museum ini menjadi langkah nyata Walton untuk memberikan kembali kepada masyarakat.
Museum ini mengadakan berbagai program pendidikan dan pameran yang bertujuan untuk memperkenalkan seni kepada generasi muda. Komitmen Walton untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya seni sangat terlihat dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan di museum.
Karya seni yang dipamerkan di museum mencakup berbagai periode dan gaya, dari karya-karya modern hingga klasik. Sebagai contoh, ada karya dari Andy Warhol dan Georgia O’Keeffe yang menjadi daya tarik utama bagi pengunjung.
Dengan menghadirkan seni di Bentonville, Walton ingin memastikan bahwa akses terhadap budaya dan edukasi tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu. Dia percaya bahwa seni dapat menyatukan orang-orang dari latar belakang berbeda.
Lebih dari sekedar tempat pameran, Crystal Bridges juga berfungsi sebagai ruang interaksi sosial. Pengunjung dapat berpartisipasi dalam berbagai acara yang diselenggarakan, mulai dari lokakarya hingga diskusi panel dengan seniman.
Strategi Investasi dan Masa Depan Alice Walton
Meskipun sudah berusia tujuh puluh lima tahun, Walton tetap aktif dalam dunia investasi. Fokusnya saat ini adalah memaksimalkan potensi perusahaan yang dikelola oleh keluarganya dan mencari peluang baru untuk berinvestasi.
Kenaikan nilai saham Walmart menjadi indikator positif bagi Walton, tetapi dia juga mempertimbangkan sektor-sektor lain yang dapat memberikan imbal hasil yang tinggi. Pendekatan investasi Walton yang cermat menunjukkan bahwa dia terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan pasar.
Selain fokus pada investasi, Walton juga berusaha untuk memberikan dampak positif melalui inisiatif sosial. Dia percaya bahwa kekayaan yang dimilikinya harus digunakan untuk kebaikan, tidak hanya untuk memperkaya diri sendiri.
Melalui museum dan berbagai program seni, Walton menunjukkan bahwa daya tarik kekayaan bukan hanya pada angka, tetapi pada nilai yang bisa diberikan kepada masyarakat. Hal ini menjadikannya seorang figur yang inspiratif bagi banyak orang yang ingin meraih kesuksesan.
Dengan segala pencapaian dan kontribusinya, Alice Walton semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh dalam dunia bisnis dan seni. Masa depannya tentu akan menarik untuk diikuti, terutama dalam melihat bagaimana dia terus mengembangkan warisan keluarga Walton.