www.kabarsuara.id – Pusat perbelanjaan, atau mal, saat ini tengah mengalami fenomena yang cukup unik dan menarik perhatian publik. Dua istilah yang populer muncul yaitu Rojali, singkatan dari rombongan jarang beli, dan Rohana, singkatan dari rombongan hanya nanya, yang menggambarkan perilaku pengunjung di mal.
Fenomena ini terjadi ketika banyak orang datang ke mal tetapi tidak melakukan pembelian. Menteri Perdagangan Budi Santoso menjelaskan bahwa hal ini merupakan perilaku umum yang dilakukan masyarakat sebelum berbelanja agar bisa membandingkan harga dan memastikan kualitas barang.
Ia menambahkan, “Sebelumnya ini sudah terjadi, namanya orang mau belanja biasanya melakukan pengecekan barang dan harga, agar tidak mendapatkan barang yang palsu.” Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan masyarakat dalam berbelanja telah mengalami perubahan signifikan.
Memahami Fenomena Rojali dan Rohana di Pusat Perbelanjaan
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonusus Widjaja memberikan penjelasan terkait fenomena ini. Meskipun jumlah pengunjung meningkat, transaksi di mal tidak sebanding dengan jumlah pengunjung yang datang. Hal ini mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat sedang dalam kondisi menurun.
Alphonusus mencatat, “Jumlah kunjungan masyarakat ke mal meningkat sekitar 10% dibandingkan tahun lalu, namun daya beli, khususnya di kalangan menengah bawah, berkurang.” Daya beli yang menurun ini mempengaruhi pola belanja masyarakat yang menjadi lebih berhati-hati.
Praktik ini mengarah pada pengunjung yang lebih selektif saat berbelanja. Banyak dari mereka yang hanya membeli barang jika benar-benar diperlukan, memberi gambaran jelas tentang perubahan perilaku konsumen di tengah situasi ekonomi yang menantang.
Indikasi Penurunan Daya Beli Masyarakat
Menurut penelitian terkini, terungkap bahwa tren belanja masyarakat beralih akibat tekanan ekonomi yang dirasakan. Masyarakat menjadi lebih cermat dalam membuat keputusan pembelian, seringkali menunda pembelian hingga ada kebutuhan yang mendesak.
Hal ini terlihat dari sikap pengunjung yang lebih mempertimbangkan setiap pembelian. Mereka biasanya memilih barang dengan harga yang lebih terjangkau dan tidak membeli produk yang dianggap tidak diperlukan. Kondisi ini menunjukkan seberapa besar dampak dari keadaan ekonomi terhadap perilaku konsumen.
Di tengah kondisi ini, Alphonusus menegaskan bahwa fenomena Rojali dan Rohana adalah hal yang lumrah. Mal tak hanya berfungsi sebagai tempat berbelanja, tetapi juga sebagai tempat hiburan dan rekreasi bagi masyarakat.
Peran Mal Sebagai Pusat Rekreasi dan Hiburan
Fungsi mal di masyarakat kini lebih luas daripada sekadar tempat belanja. Mal menjadi ruang sosial di mana orang bisa berkumpul, bersosialisasi, dan menikmati beragam hiburan. Fenomena Rojali dan Rohana menunjukkan bahwa masyarakat juga menganggap mal sebagai lokasi untuk bersantai.
Interaksi sosial, tawar-menawar, dan eksplorasi produk adalah bagian dari pengalaman berkunjung ke mal. Selain itu, orang-orang juga datang untuk menikmati makanan, menonton film, atau bahkan hanya sekadar berjalan-jalan tanpa tujuan khusus. Ini menunjukkan bahwa mal juga berperan penting dalam memenuhi kebutuhan sosial masyarakat.
Alphonusus melanjutkan, “Interaksi ini adalah bagian penting dari pengalaman berbelanja, menciptakan suasana dinamis yang tidak bisa diabaikan.” Dengan demikian, mal tetap menjadi tempat yang menarik sekalipun pengunjung tidak melakukan pembelian.